Laman

Sabtu, 07 Maret 2015

Kesehatan Mental 1



Sejarah Kesehatan Mental
               Pada masa nenek moyang homo sapiens, meskipun secara mental belum maju tetapi sudah mengalami gangguan-gangguan mental seperti halnya dengan homo sapiens sendiri. Mereka menderita demam dan mengalami kecelakaan yang merusak mental mereka, dan mereka juga merusak mental orang lain dalam perkelahian-perkelahian. Sejak itu dengan putus asa, manusia berusaha menjelaskan penyakit mental, mengatasinya dan memulihkannya. Penjelasan awalnya sederhana, menghubungkan kekalutan mental dengan gejala alam, pengaruh buruk orang lain atau roh-roh jahat.

·         Zaman Prasejarah
Manusia purba sering mengalami gangguan-gangguan baik mental maupun fisik seperti infeksi, artritis, penyakit pernapasan, arteriosklerosis (penyempitan pembuluh darah) dan usus. Manusia purba benar-benar berusaha mengatasi penyakit mental, sama halnya dengan penyakit fisik lainnya. Bagi mereka, sakit gigi dan orang yang gila (berbicara tidak karuan) disebabkan oleh penyebab yang sama yakni roh-roh jahat, halilintar atau mantera-mantera musuh. Jadi, perawatan penyakit baik fisik maupun mental seperti menggosok, menjilat, mengisap, memotong dan membalut. Selain itu menggunakan salep, mantera, obat keras dan sihir, atau cara-cara yang terpikirkan oleh kawannya, pemimpinnya atau diri sendiri.
Seperti yang terjadi dalam masyarakat, jika ada suatu kebutuhan maka ada yang mengisinya. Dengan demikian muncul dukun-dukun, penyakit mental yang merupakan bidang praktek mereka. Ketika masyarakat menjadi lebih kompleks, menyebabkan semakin banyaknya pembagian pekerjaan dan sampai terbukanya kesempatan bagi spesialisasi, keahlian, dan usaha (belum sampai berkembang menjadi ilmu pengetahuan seperti sekarang) untuk menolong orang lain agar sembuh. Penyakit mental memiliki hubungan yang erat dengan agama di bandingkan penyakit lainnya. Agama sangat membantu (walaupun tidak selalu) kesehatan mental dan juga sebaliknya.

·         Peradaban Awal
Semua peradaban awal yang kita kenal di Mesopotamia, Mesir, Yahudi, Cina, dan benua Amerika, imam-imam dan tukang sihir merawat orang-orang sakit mental. Peradaban sepanjang zaman kuno (dari 5000 tahun SM sampai 500 tahun M), penyakit mental mulai menjadi hal yang umum. Bersamaan penderita-penderita lain, kekalutan mental menjadi kawan seperjalanan yang setia bagi manusia pada waktu ia bergerak menuju kehidupan yang terorgansasi. Ilmu kedokteran lebih terorganisasi waktu peradaban, sehingga lebih maju.



Konsep Sehat
Berabad-abad yang lalu, Sehat (Health) dapat di artikan sebagai kondisi yang normal dan alami. Secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau keadaan lemah.  Segala sesuatu yang tidak normal dan bertentangan dengan alam dianggap sebagai kondisi tidak sehat yang harus dicegah. Sehat bersifat dinamis yang statusnya terus menerus berubah. Kesehatan mempengaruhi tingkat fungsi seseorang baik dari segi fisiologis, psikologis dan dimensi sosiokultural.
Keadaan sehat atau normal merupakan hal sulit didefinisikan. Setiap orang atau kelompok memiliki pemahaman yang berbeda. Meskipun rumit dan bervariasi, keadaan bisa dikatakan sehat atau normal setelah memenuhi parameter tertentu. Konsep umum tentang keadaan sehat akan menggunakan nilai rata-rata parlementer sebagai acuan. Nilai rata-rata tersebut dikenal dengan istilah nilai normal. Dibawah ini beberapa definisi sehat yang dapat menjadi acuan menurut:
1.      Parkins (1938)
Sehat  :  Suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya.
2.      WHO (World Health Organization)
             Tahun 1957
Sehat  : Suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki.
       Tahun 1974
Sehat  : Keadaan yang sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
       Tahun 2001 
                  menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan 
                  yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan 
                  untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif 
                  dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.
3.     White (1977)
Sehat  : Suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
4.     UU Kesehatan No. 23/ 1992
Sehat :  Suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial dimana memungkinkan 
             setiap manusia untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis.

Ciri-ciri pribadi sehat menurut buku “Mengenal Perilaku Abnormal”:
Aspek penyesuaian diri
Ciri perilaku
Sikap terhadap diri sendiri
Menunjukkan penerimaan diri; memiliki jari dir yang memadai (positif); memiliki penilaian yang realistic terhadap berbagai kelebihan dan kekurangan.
Persepsi terhadap realitas
Memiliki pandangan yang realistik terhadap diri dan terhadap dunia, orang maupun benda di sekelilingnya.
Integrasi
Berkepribadian utuh, bebas dari konflik-konflik batin yang melumpuhkan, memiliki toleransi yang baik terhadap stress.
Komptensi
Memiliki kompetensi-kompetensi fisik, intelektual, emosional, dan sosial yang memadai untuk mengatasi berbagai problem hidup.
Otonomi
Memiliki kemandirian, tanggung jawab dan penentuan diri (self-determination; self-direction) yang memadai disertai kemampuan cukup untuk membebaskan diri dari aneka pengaruh sosial.
Pertumbungan aktualisasi diri
Menunjukkan kecenderungan kearah menjadi semakin matang, semakin berkembang kemampuan-kemampuannya dan mencapai pemenuhan diri sebagai pribadi.

      Dari pengertian sehat di atas, kita dapat mengetahui seperti apa konsep sehat. Pengertian dari konsep sehat itu sendiri adalah konsep yang timbul dari diri kita sendiri secara sadar mengenai berbagai upaya untuk mendapatkan status sehat bagi tubuh kita. Pemahaman konsep sehat ini juga bisa diartikan sebagai keseimbangan, keserasian, keharmonisan antara faktor pikir (akal), jiwa (mental atau spiritual), dan raga (fisik, lahiriah).  Jika faktor ini terintegrasi secara baik dan berimbangan, kita dapat memahami konsep sehat secara utuh. Konsep sehat ini yang akan menuntun kita pada pola atau tata laku sehari-hari yang sehat.

Konsep Sehat (Travis and Ryan, 1998)
a)      Sehat merupakan pilihan, suatu pilihan dalam menentukan kesehatan .
b)      Sehat merupakan gaya hidup, disain gaya hidup menuju pencapaian 
       potensial tertinggi untuk sehat.
c)      Sehat merupakan proses, perkembangan tingkat kesadaran yang tidak 
       pernah putus, kesehatan dan kebahagiaan dapat terjadi di setiap 
       momen, ”here and now.”
d)     Sehat efisien dalam mengolah energi, energi yang diperoleh dari
       lingkungan, ditransfer melalui manusia, dan disalurkan untuk 
       mempengaruhi lingkungan sekitar.
e)      Sehat integrasi dari tubuh, pikiran dan jiwa, apresiasi yang manusia 
        lakukan, pikirkan, rasakan dan percaya akan mempengaruhi 
        status kesehatan.
f)       Sehat adalah penerimaan terhadap diri.

Perbedaan Kesehatan Mental:

Konsep barat dan timur.                
             Perbedaan antara konsep barat dengan konsep timur dipengaruhi oleh kebudayaannya. Akibat dari itu terdapat perbedaan pandangan mengenai kesehatan mental. Seiring dengan kemajuan IPTEK membuat relasi antar manusia semakin mendunia, sehingga sekarang ditemui berbagai cara penanganan kesehatan yang mencoba mengintegrasikan system pengobatan antara kedua kebudayaan. Secara umum konsep tersebut memiliki perbedaan dalam memandang kesehatan mental. Perbedaan yang jelas terlihat:
-        Konsep Timur:
Lebih mementingkan keselarasan, tidak memisahkan mind and body, tidak fragmentaris dan tidak analitis, namun kelemahannya sukar ditarik operasionalisasi dan kejelasan konsepnya.
-       Konsep Barat:
Tidak memudahkan bagi usaha-usaha prikoterapis seperti yang dikenal pada dunia Ilmiah.
     
            Ada pula perbedaan antara model barat dan timur. Perbedaan model barat dengan model timur antara lain:
-        Model Barat
Lebih memandang kesehatan bersifat dualistik yaitu mengibaratkan manusia sebagai mesin yang  sangat dipengaruhi oleh dominasi medis.
  •  Model Biomedis (Fruend, 1991) 
                        Dipengaruhi oleh filosofi Yunani (Plato&Aristoteles). Manusia terdiri dari 
            tubuh dan jiwa. Ditambah dengan perkemb biologi, penyakit dan kesehatan 
            semata-mata dihubungkan dengan tubuh saja. Semboyan: “Men Sana In 
            Corpore Sano”. Memiliki 5 asumsi: (Freund, 1991)
     Terhadap perbedaan nyata antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit 
      diyakini berada pada satu bagian tubuh tertentu.
-        Penyakit dapat direduksi pada gangguan fungsi tubuh.
-        Penyakit disebabkan oleh suatu penyebab khusus yang secara potensial 
      dapat diidentifikasi.
-        Tubuh seperti sebuah mesin.
-        Tubuh adalah objek yang perlu diatur dan dikontrol.
  •   Model Psikiatris (Helman, 1990)
                    Dibawah ini penggunaan berbagai model untuk menjelaskan 
            penyebab gangguan mental.
-    Model organik: menekankan pada perubahan fisik dan biokimia di otak.
-    Model psikodinamik: berfokus pada faktor perkembangan dan pengalaman.
-    Model behavioral: psikosis terjadi karena kemungkinan-kemungkinan 
                                  lingkungan.
-    Model sosial: menekankan gangg dalam konteks performansnya.
  •   Model Psikosomatis (Tamm, 1993)
                      Muncul karena ketidakpuasan dengan model biomedis. Dipelopori oleh 
            Helen Flanders Dunbar (1930-an). Tidak ada penyakit fisik tanpa disebabkan 
            oleh anteseden emosional dan sosial. Sebaliknya tidak ada penyakit psikis 
            yang tidak disertai oleh simtom somatik. Penyakit berkembang melalui 
            saling terkait secara berkesinambungan antara faktor fisik dan mental yang 
            saling memperkuat satu sama lain melalui jaringan yang kompleks.

~       Model Timur
Timur lebih bersifat holistik (Joesoef, 1990) yaitu melihat sehat lebih secara menyeluruh saing berkaitan sehingga berpengaruh pada cara penanganan terhadap penyakit.  
  • Holistik sempit
          Organisme manusia dilihat sebagai suatu sistem kehidupan yang semua 
          komponennya saling terkait dan saling tergantung.
  • Holistik luas
          Sistem tersebut merupakan suatu bagian integral dari sistem-sistem yang lebih 
          luas, dimana organisme individual berinteraksi terus menerus dengan 
          lingkungan fisik dan sosialnya, yaitu tetap terpengaruh oleh lingkungan tapi 
          juga bisa mempengaruhi dan mengubah lingkungan.

Sumber Pustaka
-          Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.
-          Effendy, Drs. Nasrul. (1977). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
 Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
-          Dewi, Kartika Sari. (2012). Bahan Ajar Kesehatan Mental.
      Semarang: UPT UNDIP Press Semarang.
-          Wratsongko, Madyo. (2010). Sholat Jadi Obat (Edisi Revisi). Jakarta: Gramedia.
-          Asmadi. (2005). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
-          Fakhrurrozi, M. Kesehatan Mental. Powerpoint KesMen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar