Laman

Sabtu, 31 Oktober 2015

Motivasi



Tahukah Anda apa itu motivasi? Mau tau lebih lanjut tentang motivasi? Yuk kita simak tentang motivasi lebih lanjut. Semoga bermanfaat

Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa Inggris yaitu motive dan action. Dalam konteks kehidupan, seseorang membutuhkan motif yaitu tindakan seseorang untuk menuju ke arah pencapaian sesuatu. Motivasi sering diartikan dengan istilah dorongan atau daya penggerak. Motivasi merupakan kondisi yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu.
Motivasi pada asasnya merupakan semangat yang kuat untuk mencapai sesuatu, mendapatkan kejayaan dan kecemerlangan. Ini juga merujuk pada desakan hati dan naluri yang menggerakkan seseorang untuk membuat sesuatu tindakan yang merangkumi segala jenis rangsangan, keperluan, kehendak, kemauan dan kuasa lain untuk mencapai sesuatu yang dikehendaki dalam hidup ini.
Menurut Gay (dalam Tim MGKB, 2010) motivasi merupakan sejumlah proses yang bersifat internal dan eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dalam melakukan kegiatan-kegiatan tertentu.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu tindakan yang sering diartikan dengan istilah dorongan atau daya penggerak untuk menuju ke arah pencapaian sesuatu. Motivasi merujuk pada desakan hati dan naluri. Di dalam motivasi terdapat beberapa teori yang mendukung di dalamnya, yaitu:
Teori Drive
            Diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri seseorang atau binatang. Contohnya pada Freud ( 1940-1949 ) berdasarkan ide-idenya tentang kepribadian pada bawaan, dalam kelahiran, dorongan seksual dan agresif, atau drive (teorinya akan diterangkan secara lebih detail dalam bab kepribadian). Secara umum , teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut : ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu di dorong untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia dapat mencapai tujuan yang memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan memuaskan. Jadi motivasi dapat dikatakan terdiri dari:
-          Suatu keadaan yang mendorong
-          Perilaku yang mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan terdorong
-          Pencapaian tujuan yang memadai
-          Pengurangan dan kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat tujuan yang tercapai.

Teori Drive-Reinforcement dan implikasi praktisnya
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian konpensasi. Misalnya promosi seorang karyawan itu tergantung dari prestasi yang selalu dapat dipertahankan. Sifat ketergantungan tersebut bertautan dengan hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku tersebut. Teori pengukuhan ini terdiri dari dua jenis, yaitu:
a         Pengukuhan Positif (Positive Reinforcement)
Bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.
b        Pengukuhan Negatif (Negative Reinforcement)
Bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat.

Daftar Pustaka:
Tim MGKB. (2010). Bahan dasar untuk pelayanan konseling pada satuan pendidikan menengah jilid 1. Jakarta: Grasindo.
Zakaria, S. A. S. (2005). Panduan dan strategi motivasi diri. Kuala Lumpur: Utusan Publication & Distributors Sdn Bhd.
Leavitt, J.H. (1992). Psikologi Manajemen. Jakarta: Erlangga

Rabu, 28 Oktober 2015

Leadership 2




Setelah memahami artikel sebelumnya yang berjudul “Leadership 1”, pasti kalian dapat dengan mudah dalam memahami artikel ini, karena artikel ini merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya. Selamat membaca dan memahami artikel ini.

Selain teori teori-teori kepemimpinan partisipatif, ada teori lainnya dalam kepemimpinan, seperti:
-          Modern Choice Approach to Participation
Gaya kepemimpinan yang tepat ditentukan oleh corak persoalan yang dihadapi oleh macam keputusan yang harus diambil. Model ini dapat digunakan untuk:
  1. Mengenali berbagai jenis situasi pemecahan persoalan secara berkelompok (group problem solving situation).
  2.  Menyarankan gaya kepemimpinan mana yang dianggap layak untuk setiap situasi.
Ada tiga perangkat parameter yang penting dalam model ini yaitu klasifikasi gaya kepemimpinan, kriteria efektifitas keputusan, kriteria penemu kenalan jenis pemecahan persoalan. Misalnya seorang dokter mengambil keputusan melakukan operasi terhadap pasien yang mengalami kecelakaan, tanpa berkonsultasi terlebih dahulu kepada staf-stafnya. Dengan hanya informasi yang pada waktu itu diketahuinya dia mengambil keputusan. Dari sini dapat dilihat bahwa gaya pengambilan keputusan yang diambil oleh dokter tersebut merupakan gaya pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang dimana dia mengambil keputusannya sendiri dalam memecahkan persoalan dengan menggunakan informasi yang ada.

-          Decicion tree for Leadership
Pada tahun 1973, teori ini diperkenalkan oleh Vroom dan Yetton. Lalu mereka mengembangkan model kepemimpinan normatif dalam 3 kunci utama yaitu:
  1. metode taksonomi kepemimpinan, 
  2.  atribut-atribut permasalahan 
  3. pohon keputusan (decision tree).

Selain itu Vroom & Yetton juga mengembangkan lima tipe kunci metode kepemimpinan yang teridentifikasi seperti:
1.      Autocratic I:   
Membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang ada pada pemimpin.
2.      Autocratic II:
Membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang ada pada seluruh anggota kelompok tanpa terlebih dahulu menginformasikan tujuan dari penyampaian informasi yang mereka berikan.
3.      Consultative I:
Berbagi masalah yang ada pada individu, mengetahui ide-ide dan saran mereka tanpa melibatkan mereka ke dalam kelompok. Lalu membuat keputusan.
4.      Consultative II:
Berbagi masalah kelompok, mendapatkan ide-ide dan saran mereka saat diskusi kelompok berlangsung, dan kemudian membuat keputusan.
5.      Group II:
Berbagi masalah yang ada pada kelompok, mengepalai diskusi kelompok, serta menerima dan menerapkan keputusan apapun yang dibuat oleh kelompok.

-          Contingency theory of Leadership
Teori kepemimpinan ini merupakan teori pertama yang komprehensif yang di kembangkan oleh Fred Fiedler. Teori ini menyatakan bahwa kinerja kelompok yang efektif tergantung pada kesesuaian antara gaya pemimpin dan sejauh mana situasi tersebut memberikan kendali kepada pemimpin tersebut. Friedler meyakini bahwa salah satu faktor utama bagi kepemimpinan yang berhasil adalah gaya kepemimpinan dasar seorang individu. Fiedler mengasumsikan bahwa gaya kepemimpinan seseorang bersifat tetap atau tidak berubah. Friedler mengidentifikasi tiga dimensi kemungkinan yang menurutnya menentukan faktor-faktor situasional, kunci yang menentukan efektivitas kepemimpinan. Faktor tersebut adalah hubungan pemimpin anggota, struktur tugas dan kekuatan posisi. Ketiganya didefinisikan sebagai berikut:
1.      Hubungan pemimpin – anggota
Tingkat kepatuhan, kepercayaan dan rasa hormat para anggota terhadap para pemimpin mereka.
2.      Struktur tugas
Tingkat sejauh mana penentuan pekerjaan diproseduralkan (yaitu terstruktur atau tidak terstruktur).
3.      Kekuatan posisi
Tingkat pengaruh yang dimiliki oleh seorang pemimpin atas variable-variabel kuasa seperti perekrutan, pemecatan, pendisiplinan, promosi dan kenaikan gaji.

-          Path Goal Theory
Pada tahun 1971, teori ini diperkenalkan oleh Martin G. Evans dan Robert J. House. Fokusnya pada penghuraian mengenai bagaimana pemimpin mempengaruhi pengikutnya dari segi tujuan kerja, tujuan pengembangan diri dan jalan untuk mencapai tujuan. Dalam teori ini terdapat 4 jenis gaya kepemimpinan, yaitu:
1.      Directive leadership
Gaya kepemimpinan ini sama dengan kepemimpinan authoritarian. Pekerja mengetahui apa yang diharapkan oleh majikan mereka. Ini bermakna pemipin memberitahu pekerjanya mengenai kehendak mereka atas suatu kerja atau hasil kerja. Gaya ini dikaitkan dengan cara menyampaikan atau memberi penjelasan kepada pekerja. Gaya ini lebih sesuai digunakan oleh pemimpin apabila mendapati pengikutnya mempunyai keraguan atau tidak pasti mengenai kerja yang dilakukan oleh mereka.

2.      Supportive leadership
Gaya kepemimpinan ini menggalakan pemimpin sehingga bersifat mesra, ramah dan mudah ditemui. Gaya ini merujuk pada tingkah laku memberi pertimbangan kepada pekerja. Tujuan dari gaya ini untuk mewujudkan suasana kerja yang menyenangkan kepada pekerja. Gaya seperti ini lebih sesuai digunakan apabila mengetahui pengikutnya kekurangan keyakinan diri.

3.      Participative leadership
Gaya kepemimpinan ini, pemimpin membuka ruang untuk rundingan kepada pekerja supaya mereka dapat menyumbang idea serta pandangan. Begitu juga dengan peluang meningkatkan cadangan dalam suatu keputusan berdasarkan persetujuan organisasi. Gaya ini digunakan apabila mengetahui pengikutnya tidak menggunakan prosedur atau langkah-langkah kerja yang betul dan mereka kekurangan ilmu membuat keputusan.

4.      Achievement – oriented leadership
Kepemimpinan dengan gaya ini memberikan cabaran kepada pekerja untuk dapat melaksanakan tugasnya pada peringkat tertinggi kepampuan mereka. Gaya kepemimpinan ini digunakan oleh pemimpin apabila mengetahui para pengikutnya kekurangan cabaran kerja dan melalui gaya ini pekerja dapat menyelesaikan kerja yang mencabar.

Setelah kita mengetahui gaya kepemimpinan berdasarkan beberapa teori di atas, kita dapat memilih gaya kepemimpinan disaat yang dibutuhkan. Jangan disamakan ketika masalah A datang dengan penanganan masalah B dalam suatu pekerjaan. Karena setiap masalah dalam pekerjaan membutuhkan gaya pemimpinan yang berbeda. Sesuaikan gaya kepemimpinan berdasarkan kebutuhannya. Jadilah pemimpin yang bijak dalam menyelesaikan masalah didalam kelompoknya.

Daftar Pustaka
Abdullah, A. G., Aziz., & Zohir, M. (2008). Gaya-gaya kepemimpinan dalam pendidikan. Kuala Lumpur: PTS Profesional Publishing.
Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Robbins, S. P. (2008). Perilaku organisasi edisi 12 buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Tangkilisan, H.N. (2005). Manajemen Publik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Selasa, 27 Oktober 2015

Leadership 1




Leadership? Apa sih yang pertama kali yang ada dipikiran kalian tentang Leadership? Leadership sama dengan kepemimpianan. Ya. Betul sekali leadership itu kepemimpinan tapi, tahukah kamu definisi leadership yang sebenarnya? Untuk dapat mengetahui definisi leadership. Yuk kita simak artikel di bawah ini.

Definisi Leadership (Kepemimpinan)
Menurut John C. Maxwell (dalam Putong, 2015), pemimpin adalah pengaruh. Kepemimpinan adalah suatu kehidupan yang mempengaruhi kehidupan lain. Sedangkan Ordway Tead mengatakan leadership is the activity of influencing people to coorperate toward some goal which come to find desirable.
Menurut Hemhiel & Coons (dalam Tim pengembang ilmu pendidikan FIP UPI, 2007) kepemimpinan adalah perilaku seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang akan dicapai bersama (shared goal). Sedangkan menurut Rauch & Behling, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan ke arah pencapaian tujuan.
Menurut Stogdil (dalam Sarwono, 2005) kepemimpinan adalah pengawalan dan pemeliharaan suatu struktur dalam harapan dan interaksi. Selain Stogdil, Katz & Kahn juga mengemukakan definisi kepemimpinan, kepemimpinan itu sebagai tambahan pengaruh yang lebih tinggi dan di atas mekanisme pencappaian dengan arahan rutin dari organisasi.
Jika dilihat, terdapat berbagai perspektif dalam kepemimpinan. Untuk dapat mengetahui secara detail, dibawah ini adalah definisi kepemimpinan dilihat dari berbagai perspektif:
Berdasarkan teori diatas, definisi kepemimpinan dapat dilihat juga dari 6 perspektif yaitu focus of group process, personality perspective, art atau behavior, power relationship, instrumental of goal achievement, skill perspective. Dari ke 6 perspektif tersebut, dapat disimpulkan kepemimpinan sebagai pusat kehendak yang menggerakkan aneka aktivitas, perubahan, dan perkembangan kelompok (organisasi) sebagai upaya membimbing anggotanya untuk mencapai tujuan bersama.

Teori-teori Kepemimpinan Partisipatif
            Teori ini memusatkan perhatiannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan. Aspek perilaku tersebut yaitu fungsi dan gaya kepemimpinan. Teori yang terkenal partisipatif yaitu:
a         Teori X dan Teori Y
Salah satu model perilaku kepemimpinan yaitu teori X dan teori Y yang dikemukakan oleh Douglas MxGregor. Teori ini didasarkan pada berbagai asumsi tentang para karyawan / pegawai dan bagaimana memotivasi mereka. Berbagai asumsi yang mendasari teori ini adalah:
Teori X
Teori Y
Karyawan cenderung tidak suka (malas) bekerja
Karyawan suka bekerja
Karyawan selalu ingin diarahkan
Karyawan yang memiliki komitmen pada tujuan organisasi akan dapat mengarahkan dan mengendalikan dirinya sendiri.
Manajer harus selalu mengawasi kerja
Karyawan belajar untuk menerima bahkan mencari tanggung jawab pada saat bekerja.

b        Teori Empat Sistem
Rensis Linkert dari mengembangkan linking pin model yang menggambarkan struktur organisasi. Fungsi-fungsi manajemen itu sendiri  berlangsung dalam empat sistem:
1.      Sistem penuh tekanan, otoriter dimana segala sesuatu diperintahkan dan tidak memerlukan umpan balik.
Atasan tidak memiliki kepercayaan terhadap bawahan dan bawahan tidak memiliki kewenangan untuk mendiskusikan pekerjaannya dengan atasan. Akibatnya ketakutan, ancaman dan hukuman jika tidak selesai. Proses komunikasi lebih banyak dari atas kebawah.
2.      Sistem lebih lunak dan otoriter dimana manajer lebih sensitif terhadap kebutuhan karyawan.
Manajemen berkenan untuk percaya pada bawahan dalam hubungan atasan dan bawahan, keputusan ada di atas namun ada kesempatan bagi bawahan untuk turut memberikan masukan atas keputusan itu.
3.      Sistem konsultatif dimana pimpinan mencari masukan dari karyawan.
Karyawan bebas berhubungan dan berdiskusi dengan atasan dan interaksi antara pimpinan dan karyawan nyata. Keputusan di tangan atasan, namun karyawan memiliki andil dalam keputusan tersebut.
4.      Sistem partisipan dimana pekerja berpartisipasi aktif dalam membuat keputusan.
Manajemen percaya sepenuhnya pada bawahan dan mereka dapat membuat keputusan. Alur informasi keatas, kebawah, dan menyilang. Komunikasi kebawah pada umumnya diterima, jika tidak dapat dipastikan dan diperbolehkan ada diskusi antara karyawan dan manajer. Interaksi dalam sistem terbangun, komunikasi keatas umumnya akurat dan manajer menanggapi umpan balik dengan tulus. Motivasi kerja dikembangkan dengan partisipasi yang kuat dalam pengambilan keputusan, penetapan goal setting (tujuan) dan penilaian .
Teori empat sistem menekankan pada perencanaan dan pengendalian. Teori ini menjadi landasan baik untuk teori posisional dan teori hubungan antar pribadi.

c         Theory of Leadership Pattern Choice dari Tannenbaum & Scmidt
Tahun 1957, Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt menulis salah satu artikel yang paling revolusioner yang pernah muncul dalam The Harvard Business Review. Menurutnya kepemimpinan, adalah signifikan dalam bahwa itu menunjukkan gaya kepemimpinan adalah pilihan manajer. Didalamnya artikelnya terdapat tujuh “pola kepemimpinan” yang diidentifikasi oleh Tannenbaum dan Schmidt. Tujuh pola kepemimpinannya yaitu:
1.      “Pemimpin izin bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan oleh superior.”
Contoh:  Pemimpin memutuskan kapan dan seberapa sering untuk bertemu dalam anggota tim.
2.      “Pemimpin mendefinisikan batas-batas, dan meminta kelompok untuk membuat keputusan.”
Contoh:   Pemimpin mengatakan pada anggota tim harus memenuhi setidaknya sekali seminggu, tetapi tim bisa memutuskan mana hari adalah yang terbaik
3.       “Pemimpin menyajikan masalah, mendapat kelompok menunjukkan, maka pemimpin membuat keputusan.”
Contoh: Pemimpin meminta tim untuk menyarankan hari-hari baik untuk bertemu, maka pemimpin memutuskan hari apa tim akan bertemu.
4.      “Pemimpin tentatif menyajikan keputusan untuk kelompok. Keputusan dapat berubah oleh kelompok.”
Contoh: Pemimpin kelompok memberikan hari alternatif seperti apakah hari Rabu akan menjadi hari yang baik untuk bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang mungkin lebih baik.
5.      “Pemimpin menyajikan ide-ide dan mengundang pertanyaan.”
Contoh:  Pemimpin mempertimbangkan hari tersebut untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian memberikan waktu untuk yang ingin bertanya
6.       “Para pemimpin membuat keputusan kemudian meyakinkan kelompok bahwa keputusan yang benar.”
Contoh: Pemimpin menyetujui harinya kemudian meyakinkan anggota tim bahwa hari tersebut merupakan hari yang baik untuk bertemu.
7.      “Para pemimpin membuat keputusan dan mengumumkan ke grup.”
Contoh: Pemimpin memutuskan dan bertanya apakah mereka suka atau tidak, dan mengatakan bahwa berita itu kepada tim
Para ahli mengemukakan teori dan melakukan penelitian tentang kepemimpinan dengan tujuan agar kepemimpinan dapat dipelajari dan diajarkan kepada orang lain. Namun kenyataannya, teori dan penelitian yang telah dilakukan tersebut belum mampu menjawab hingga tuntas mengapa ada pemimpin yang efektif dan ada pemimpin yang kurang efektif.

Daftar Pustaka

Mahyudin, M. A. A. (2009). Menjadi pemimpin politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Purwanto, D. (tidak diketahui). Komunikasi bisnis edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.
Putong, S. I. (2015). Kepemimpinan: Kajian teoritis dan praktis.
Sarwono, S. W. (2005). Psikologi sosial: Psikologi kelompok dan psikologi terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
Tim pengembang ilmu pendidikan FIP UPI. (2007). Ilmu & aplikasi pendidikan. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.