Apa masalah
kesehatan mental ada hubungannya dengan kecerdasan emosional? Pada artikel ini
saya akan bahas hubungan kesehatan mental dengan kecerdasan emosional. Sebelum diuraikan
lebih lanjut, saya akan menjelaskan pengertiannya terlebih dahulu.
Kesehatan Mental
Di artikel
sebelumnya “Kesehatan Mental 1” telah di jelaskan mengenai kesehatan mental.
Dalam artikel ini saya akan mengupas kembali kesehatan mental. Selamat membaca.
Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki
pengertian kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan
kenyataan di sekitarnya. Tuntutan kenyataan yang dimaksud di sini lebih banyak
merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud
dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya. Penyesuaiaan diri
berhubungan dengan cara yang dipilih individu untuk mengolah rangsangan, ajakan
dan dorongan yang datang dari dalam maupun luar
diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh pribadi yang sehat mental
adalah penyesuaian diri yang aktif. Individu berperan aktif dalam pemilihan
cara pengolahan rangsang itu.
Penyesuaian diri orang yang sehat mental tidak menyebabkan
bergantinya kepribadian. Perubahan dalam diri, tidak berubah secara drastis.
Pada orang yang sehat mental stabilitas diri dipertahankan. Dalam menyesuaian
diri dengan lingkungan, individu dapat menerima apa yang ia anggap baik dan
menolak apa yang ia anggap buruk berdasarkan pegangan normatif yang ia miliki.
Keadaan diri yang stabil dan berkesatuan itu selalu dipertahankan oleh individu
yang sehat.
Orang yang sehat melihat masalah nyata, apa yang dihadapinya dan
bagaimana kondisi dirinya berkaitan dengan masalah itu sebelum menentukan
tindakan yang akan diambil. Di sini terlihat bahwa orang yang sehat memiliki
kemampuan memahami realitas internal dan eksternal dirinya. Ia tidak bereaksi secara
mekanik atau kompulsif-repetitif tetapi berespons secara realistis dan
berorientasi pada masalah. Dengan batasan-batasan kesehatan mental seperti yang
diuraikan, kita dapat mengenali tanda-tanda gangguan kesehatan mental. Individu
yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan menunjukkan adanya masalah
kesehatan mental.
Individu yang tidak mampu mempertahankan stabilitas diri juga
mengindikasikan adanya gangguan mental dalam hal otonomi dan kesatuan diri.
Disintegrasi diri merupakan ciri utama pada gangguan-gangguan psikosis.
Ketiadaan atau kekurangan kemampuan menilai lingkungan dan diri sendiri secara
realistis sehingga tidak mampu mengambil keputusan yang tepat juga menjadi
indikasi dari adanya gangguan atau hambatan dalam perkembangan mental. Gangguan
yang berkaitan dengan kemampuan menilai lingkungan dan diri secara realistis
ini dapat mengarahkan orang pada gangguan neurosis dan psikosis.
Ilmu kesehatan
mental merupakan ilmu yang memperhatikan perawatan mental dan jiwa yang
objeknya adalah manusia. Kesehatan mental merupakan terjemahan dari istilah mental hygiene. Mental merupakan dari kata Latin mens, mentis yang berarti jiwa, sukma, roh, semangat. Sedangkan hygiene dari kata Yunani yaitu hugiene yang berarti ilmu tentang
kesehatan mental. Kesehatan mental membicarakan kehidupan mental manusia dengan
memandang manusia sebagai totalitas psikofisik yang kompleks. Ada banyak
definisi yang diberikan oleh para penulis tentang kesehatan mental, diantaranya:
-
M. Jahoda, seorang pelopor
gerakan kesehatan mental.
Kesehatan mental adalah kondisi seseorang
yang berkaitan dengan penyesuaian diri yang aktif dalam menghadapi dan
mengatasi masalah dengan mempertahankan stabilitas diri, juga ketika berhadapan
dengan kondisi baru, serta memiliki penilaian nyata baik tentang kehidupan
maupun keadaan diri sendiri.
-
Jahoda
Kesehatan mental mengandung istilah-istilah
yang pengertiannya perlu dipahami secara jelas yaitu penyesuaian diri yang
aktif, stabilitas diri, penilaian nyata tentang kehidupan dan keadaan diri
sendiri.
Jadi, manusia
pada umumnya adalah makhluk yang sehat mentalnya. Istilah yang digunakan untuk
menilai sehat atau tidaknya mental seseorang adalah “kesehatan mental”.
Kecerdasan Emosional
Emosi? Apakah
emosi itu? Dalam makna harafiah, Oxford English
Dictionary mendefinisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan
pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”.
Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan
biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Sejumlah teoritikus mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan besar, meski
tidak semua sepakat dengan golongan tersebut. Beberapa golongan tersebut antara
lain:
-
Amarah : Beringas,
mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati,
terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan,
barangkali yang paling hebat, tindak kekerasan dan
kebencian patologis.
terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan,
barangkali yang paling hebat, tindak kekerasan dan
kebencian patologis.
-
Kesedihan : Pedih,
sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri,
kesepian, ditolak, putus asa, menjadi patologis, dan
depresi berat.
kesepian, ditolak, putus asa, menjadi patologis, dan
depresi berat.
-
Rasa takut : Cemas,
takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali,
khawatir, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, takut sama
sekali, kecut; sebagai patologi, fobia dan panik.
khawatir, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, takut sama
sekali, kecut; sebagai patologi, fobia dan panik.
-
Kenikmatan : Bahagia,
gembira, puas, senang, terhibur, bangga,
kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa
terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang, senang sekali.
kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa
terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang, senang sekali.
-
Cinta : Penerimaan,
persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa
dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
-
Terkejut : Terkejut,
terkesiap, takjub, terpana.
-
Jengkel : Hina,
jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.
-
Malu : Rasa
bersalah, malu haati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati
hancur lebur.
hancur lebur.
Penemuan Paul Ekman dari University of
California di San Francisco menyatakan bahwa ekspresi wajah tertentu untuk
keempat emosi (takut, marah, sedih dan senang) dikenali oleh bangsa-bangsa di
seluruh dunia dengan budayanya masing-masing, termasuk bangsa-bangsa buta
huruf.
Secara umum, kecerdasan emosi merupakan
kemampuan untuk menata perasaan dan kemampuan diri serta memotivasi diri dalam
belajar dan berkarya agar sukses dan berprestasi. Untuk memperjelas apa itu
kecerdasan emosi, dibawah ini akan di perjelas dari beberapa pendapat ahli
yaitu:
-
Peter Salovey dan Jack
Mayer
Kecerdasan
emosional merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan
membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya
serta mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan
emosi dan intelektual.
- Daniel Goleman dalam
buku “Kecerdasan Emosi”
Kecerdasan
emosi merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang
lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan
baik pada diri sendiri dalam hubungan dengan orang lain.
Ciri-ciri Kecerdasan Emosi
Berikut ini ciri-ciri seseorang
yang memiliki kecerdasan emosi antara lain:
-
Mampu menghadapi
seseorang yang menjengkelkan dan menyebalkan tanpa
terpancing emosi.
terpancing emosi.
-
Mampu menata
perasaannya sendiri dengan kesabaran dan kedewasaan yang
tinggi.
tinggi.
-
Mampu memotivasi
dirinya agar terus berprestasi.
-
Sanggup belajar dan
bekerja keras, inisiatif dan kreatif.
-
Penuh semangat dan
mampu menyenangkan serta membahagiakan orang
lain.
lain.
-
Memberikan nilai
positif bagi orang lain.
-
Mampu menghadapi
masalah dan sanggup keluar dari masalah dengan
sukses.
sukses.
Hubungan
Kesehatan Mental dengan Kecerdasan Emosional
Setelah kita
mengetahui kesehatan mental dan kecerdasan emosional, ternyata keduanya
memiliki hubungan satu sama lainnya. Aristoteles sang filsuf
Yunani punya resep untuk menangani hubungan-hubungan [antarmanusia] dengan
lancar: “Marahlah dengan orang yang tepat, dengan kadar yang tepat, pada saat
yang tepat, untuk maksud yang tepat, dan dengan cara yang tepat”. Seseorang yang
sehat mental, dia mengetahui kemana emosi itu akan di tumpahkan. Tidak asal
atau sembarangan dalam mengambil sikap.
Psikolog Peter Salovey dan
John Mayer menyebut pengendalian diri semacam itu merupakan kecerdasan
emosional, suatu kemampuan untuk mencerap, memakai, memahami, dan mengelola
emosi. Dengan pengendalian diri, kita dapat dengan mudah menyesuaian diri
terhadap lingkungan, seseorang yang sehat mental pada umumnya menjadi cerdas
secara emosional. Berarti emosi merupakan bagian mendasar dari siapa kita dan
bagaimana kita bertahan hidup. Menjadi terampil secara emosional itu dapat
menjadikan kita lebih lentur, mudah menyesuaikan diri, dan dewasa secara
emosional.
Seseorang yang sehat mental
tidak akan sembarangan untuk bertidak. Perlu adanya penyesuaian diri. Misalnya
ketika ingin marah di depan publik, dia harus bisa mengendalikan diri dan menyesuaikan
diri dengan keadaan lingkungan. Dia tidak langsung marah-marah tapi berfikir
terlebih dahulu, apakah marah saat di depan publik tepat? apa yang orang saya
marahi tepat? Semua harus di pikirkan secara matang. Sehingga dia harus mengetahui
kemana tempat yang pas untuk melampiaskan emosinya. Sama seperti resep yang di
sampaikan oleh Aristoteles di atas.
Jadi, kesehatan mental di
perlukan dalam mengelola kecerdasan emosional. Seseorang memiliki kesehatan
mental yang baik akan menghasilkan pula kecerdasan emosional yang baik.
Daftar
Pustaka
-
Habsari, Sri.
(2005). Bimbingan dan Konseling SMA Untuk kelas XI.
Jakarta: Grasindo.
Jakarta: Grasindo.
-
Soleman, Daniel.
(2000). Emotional Intelligence.
Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Pustaka Utama.
-
Coon, Dennis., and John
O. Mitterer. (2004). Psychology: A
Journey, 5th Ed. Wadsworth: Cengage Learning.
Sudah tahukan hubungan
kesehatan mental dengan kecerdasan emosional. Nah.. jangan hanya membaca, mari
diterapkan. Semoga artikelnya bermanfaat. Sampai
berjumpa di artikel selanjutnya.