Menurut Gerald Corey dalam bukunya “Teori dan Praktek
Konseling dan Psikoterapi” terapi rasional emotif behaviour adalah pemecahan
masalah yang fokus pada aspek berpikir, menilai, memutuskan, direktif tanpa
lebih banyak berurusan dengan dimensi- dimensi pikiran ketimbang dengan dimensi-dimensi
perasaan.
Selain itu menurut W.S. Winkel dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling
di Institusi Pendidikan adalah pendekatan konseling yang menekankan kebersamaan
dan interaksi antara berpikir dengan akal sehat, berperasaan dan berperilaku,
serta menekankan pada perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dan
berperasaan yang berakibat pada perubahan perasaan dan perilaku.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan, terapi
rasional emotif merupakan terapi yang berusaha menghilangkan cara berpikir
klien yang tidak logis, tidak rasional dan me nggantinya dengan sesuatu yang
logis dan rasional dengan cara mengonfrontasikan klien dengan keyakinan-keyakinan
irasionalnya serta menyerang, menentang, mempertanyakan, dan membahas
keyakina-keyakinan yang irasional.
Konsep dasar pandangan Ellis tentang perilaku / kepribadian
Pandangan
pendekatan rasional emotif
tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis :
ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu
Antecedent event (A),
Merupakan
segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu
yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian
suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan
merupakan antecendent event bagi seseorang.
Belief (B)
Berupa
keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu
peristiwa. Keyakinan ada dua macam, yaitu
-
Keyakinan
yang rasional (rational belief atau rB)
Merupakan
cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan
kerana itu menjadi prosuktif.
-
Keyakinan
yang tidak rasional (irrasional belief atau iB).
Keyakinan
ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan
keran itu tidak produktif.
Emotional
consequence (C)
Merupakan
konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan
senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A).
Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh
beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang
iB.
Kerangka
pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
Unsur-unsur terapi
Munculnya masalah/gangguan
Dalam
pendekatan konseling rasional emotif, tingkah laku bermasalah merupakan tingkah
laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Adapun ciri-ciri
berpikir irasional adalah :
-
Tidak
dapat dibuktikan
-
Menimbulkan
perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak
perlu
-
Menghalangi
individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang
efektif
Tujuan terapi
Tujuan terapi ini menurut Ellis, membantu klien untuk
memperoleh filsafat hidup yang lebih “realistik” yang berarti menunjukkan
kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih
merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka.
Sedangkan menurut Mohammad Surya sebagai berikut:
-
Memperbaiki
dan mengubah segala perilaku dan pola fikir yang irasional dan tidak logis menjadi
rasional dan lebih logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.
-
Menghilangkan
gangguan emosional yang merusak.
-
Untuk
membangun Self Interest, Self Direction, Tolerance, Acceptance of Uncertainty,
Fleksibel, Commitment, Scientific Thinking, Risk Taking, dan Self Acceptance Klien.
Peran terapis
Membantu
klien mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapinya, sehingga klien dapat
secara sadar dan mandiri mengembangkan atau meningkatkan potensi-potensi yang dimilikinya.
Teknik-teknik
terapi
Dalam
terapi ini menggunakan berbagi teknik yang bersifat kognitif, afektif,
behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Teknik-tekniknya sebagai
berikut :
Teknik emotif (afektif)
Teknik
yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Antara teknik yang sering digunakan
ialah:
1. Teknik Assertive Training
Untuk melatih, medorong dan membiasakan
klien untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan perilaku tertentu yang
diinginkan.
2. Teknik sosiodrama
Untuk mengekspresikan berbagai jenis
perasaan yang menekan (perasaan negatif) melalui suasana yang didramatisasikan.
3. Teknik self modeling atau diri
sebagai model
Untuk meminta klien agar berjanji
atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau
perilaku tertentu.
4. Teknik imitas
Digunakan dimana klien diminta untuk
menirukan secara terus menerus soal model perilaku tertentu dengan maksud
menhadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
Teknik behavioristik
Banyak menggunakan teknik behavioristik terutama dalam hal
upaya modifikasi perilaku negatif klien, dengan mengubah
akar-akar keyakinannya yang tidak rasional dan tidak logis, beberapa teknik
yang tergolong behavioristik adalah:
1. Teknik reinforcement / penguatan
Untuk mendorong klien kearah
perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal
(reward) ataupun punishment/ hukuman.
2. Teknik social modeling/ penguatan
modeling
Untuk memberikan perilaku-perilaku
baru kepada klien.
3. Teknik live models/ model dari
kehidupan nyata
Untukmenggambarkan perilaku
tertentu.
Teknik-teknik kognitif
Teknik
yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien antara lain:
1. Home work assigments (pemberian
tugas rumah)
Untuk berlatih, membiasakan diri
serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menurut pola perilaku
yang diharapkan.
2. Teknik Assertive
Untuk melatih keberanian klien dalam
mengekspresikan perilaku tertentu yang diharapkan melalui role playing atau
bermain peran.
3. Bibliotherapy,
Untuk membalikkan pola pikir
irasional dan ketidaklogisan dalam diri klien yang menyebabkan permasalahan
lewat buku-buku. Terapismemilih buku-buku bacaan yang sekiranya dapat membantu
konseli dalam mengubah pola pikir irasional menjadi rasional.
4.
Tahap
Pengajaran
Dalam
REBT, terapis mengambil peranan lebih aktif dari pelajar. Tahap ini memberikan
keleluasaan terapis untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien,
terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogikaan berfikir itu secara langsung
menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
5.
Tahap
Persuasif
Meyakinkan
klien untuk mengubah pandangannya karena pandangan yang dikemukakan tidak
benar. Dan terapis juga meyakinkan, berbagai argumentasi untuk menunjukkan apa
yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.
6.
Tahap
Konfrontasi
Terapis
mengubah ketidak logikaan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir
yang lebih logika.
Daftar
Pustaka
- Suhesti. (2012). Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap?. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Gerald, Corey. (2007). Teori dan Paktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditam.
- Hayat, Abdul. (2010). Teori dan Teknik Pendekatan Konseling. Banjarmasin: Lanting Media Aksara.
- W.S. Winkel. (2007). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia.
- Natawidjaya, Rochman. (2009). Konseling Kelompok Konsep Dasar & Pendekatan. Bandung: Rizqi Press.
- Dewa Ketut Sukardi. (1985). Pengantar Teori Konseling. Ghalia Indonesia: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar