Laman

Minggu, 19 April 2015

Rational Emotive Therapy (Ellis)






Menurut Gerald Corey dalam bukunya “Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi” terapi rasional emotif behaviour adalah pemecahan masalah yang fokus pada aspek berpikir, menilai, memutuskan, direktif tanpa lebih banyak berurusan dengan dimensi- dimensi pikiran ketimbang dengan dimensi-dimensi perasaan.
Selain itu menurut W.S. Winkel dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan adalah pendekatan konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dengan akal sehat, berperasaan dan berperilaku, serta menekankan pada perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dan berperasaan yang berakibat pada perubahan perasaan dan perilaku.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan, terapi rasional emotif merupakan terapi yang berusaha menghilangkan cara berpikir klien yang tidak logis, tidak rasional dan me nggantinya dengan sesuatu yang logis dan rasional dengan cara mengonfrontasikan klien dengan keyakinan-keyakinan irasionalnya serta menyerang, menentang, mempertanyakan, dan membahas keyakina-keyakinan yang irasional.

Konsep dasar pandangan Ellis tentang perilaku / kepribadian 






Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu
Antecedent event (A),
Merupakan segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.

Belief  (B)
Berupa keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan ada dua macam, yaitu
-        Keyakinan yang rasional (rational belief atau rB)
Merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif.

-        Keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB).
Keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.

Emotional consequence (C)
Merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.

Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.

Unsur-unsur terapi
Munculnya masalah/gangguan
Dalam pendekatan konseling rasional emotif, tingkah laku bermasalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah :
-        Tidak dapat dibuktikan
-      Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu
-        Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang 
      efektif

Tujuan terapi
Tujuan terapi ini menurut Ellis, membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih “realistik” yang berarti menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka. Sedangkan menurut Mohammad Surya sebagai berikut:
-       Memperbaiki dan mengubah segala perilaku dan pola fikir yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan lebih logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.
-       Menghilangkan gangguan emosional yang merusak.
-       Untuk membangun Self Interest, Self Direction, Tolerance, Acceptance of Uncertainty, Fleksibel, Commitment, Scientific Thinking, Risk Taking, dan Self Acceptance Klien.

Peran terapis
Membantu klien mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapinya, sehingga klien dapat secara sadar dan mandiri mengembangkan atau meningkatkan potensi-potensi yang dimilikinya.

Teknik-teknik terapi
Dalam terapi ini menggunakan berbagi teknik yang bersifat kognitif, afektif, behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Teknik-tekniknya sebagai berikut :
Teknik emotif (afektif)
Teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Antara teknik yang sering digunakan ialah:
1.     Teknik Assertive Training
Untuk melatih, medorong dan membiasakan klien untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
2.     Teknik sosiodrama
Untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan negatif) melalui suasana yang didramatisasikan.
3.     Teknik self modeling atau diri sebagai model
Untuk meminta klien agar berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
4.     Teknik imitas
Digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus soal model perilaku tertentu dengan maksud menhadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.

Teknik behavioristik
Banyak menggunakan teknik behavioristik terutama dalam hal upaya modifikasi perilaku negatif klien, dengan mengubah akar-akar keyakinannya yang tidak rasional dan tidak logis, beberapa teknik yang tergolong behavioristik adalah:
1.     Teknik reinforcement / penguatan
Untuk mendorong klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun punishment/ hukuman.
2.     Teknik social modeling/ penguatan modeling
Untuk memberikan perilaku-perilaku baru kepada klien.
3.     Teknik live models/ model dari kehidupan nyata
Untukmenggambarkan perilaku tertentu.

Teknik-teknik kognitif
Teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien antara lain:
1.     Home work assigments (pemberian tugas rumah)
Untuk berlatih, membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menurut pola perilaku yang diharapkan.
2.     Teknik Assertive
Untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan perilaku tertentu yang diharapkan melalui role playing atau bermain peran.
3.     Bibliotherapy,
Untuk membalikkan pola pikir irasional dan ketidaklogisan dalam diri klien yang menyebabkan permasalahan lewat buku-buku. Terapismemilih buku-buku bacaan yang sekiranya dapat membantu konseli dalam mengubah pola pikir irasional menjadi rasional.
4.     Tahap Pengajaran
Dalam REBT, terapis mengambil peranan lebih aktif dari pelajar. Tahap ini memberikan keleluasaan terapis untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogikaan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
5.     Tahap Persuasif
Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya karena pandangan yang dikemukakan tidak benar. Dan terapis juga meyakinkan, berbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.
6.     Tahap Konfrontasi
Terapis mengubah ketidak logikaan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih logika.

Daftar Pustaka
  • Suhesti. (2012). Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap?. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 
  • Gerald, Corey. (2007). Teori dan Paktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditam. 
  • Hayat, Abdul. (2010). Teori dan Teknik Pendekatan Konseling. Banjarmasin: Lanting Media Aksara. 
  • W.S. Winkel. (2007). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia.
  • Natawidjaya, Rochman. (2009). Konseling Kelompok Konsep Dasar & Pendekatan. Bandung: Rizqi Press. 
  • Dewa Ketut Sukardi. (1985). Pengantar Teori Konseling. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar